Pengorbanannya Tak Sia Sia
Pengorbanannya Tak Sia Sia
Namanya Dira Natania. Ia biasa dipanggil Natan. Natan termasuk orang miskin. Ia kelas V. Bersekolah di sekolah elit. Itu pun dengan beasiswa. Ia mempunyai sahabat sejati. Namanya Gabriella Hanifah/Abril, Syilfa Puspita/Syilfa, Maurena Kezia/Auren. Mereka semua beragama islam.
Keesokan harinya, Natan bangun dan segera mandi di sumur. Sehabis mandi, Natan berpakaian lalu menggelar sajadah, memakai mukena biru dan sholat. Sehabis sholat, ia memakai kerudung dan sepatu. Lalu menuju karpet untuk makan. Setelah makan, Natan berpamitan sama emak dan bapaknya. Dan bergegas untuk mengeluarkan sepedanya lalu menggoesnya.
5 menit telah berlalu. Natan sudah sampai di sekolah. ia segera memarkirkan sepedanya. Dan menuju kelas.Sesampainya di kelas…
“Asalamualaikum Abril, Syilfa, Auren!” sapanya.
“Waalaikumsalam Natan” jawab mereka serempak.
“Eh Tan, udah ngerjain pr belum?” tanya Auren.
“Sudah Ren, mau pinjam ya?” tanyanya.
“Iya, kok tau sih Tan?” tanya Auren.
“Yaiyalah, aku kan sahabatmu!” jawabnya.
“Iya, ya, lupa aku!” jawab Auren cengengesan.
“Nih Ren!” jawabnya sambil menyodorkan bukunya.
“Thanks ya Nat!” katanya.
“You are welcome” jawabnya.
“Hai Drian!” sapanya.
“Eh anak miskin! Jangan sok ramah deh!” bentak Drian (namanya Driana Azzahra. Ia adalah siswa yang membenci Natan).
“Aku nggak sok kok. Aku memang bermaksud ramah!” jawabnya.
“Ihh apa pun alasan loe, gue tetep ngira loe so sok!” bentak Drian lagi.
Syilfa pun sudah naik pitam.
“Eh loe sama Natan lebih baik Natan, dan loe jangan pernah gangguin Natan lagi, NGERTIII!” bentak Syilfa.
Drian pun langsung melengos pergi.
“Udahlah Syil, nanti Drian pun sadar sendiri!” kataku mencoba menenangkannya.
“Tap.. tap Tan?” kata Syilfa.
Teeeet, teet. bel berbunyi waktunya masuk.
Asalamualaikum anak anak!” sapa ustadzah Tina.
“Waalaikumsalam ustadzah” koor murid murid.
“Sekarang, kumpulkan pr kalian! Bagi yang tidak mengerjakan harap maju ke depan!” kata ustadzah Tina tegas.
Semua sudah mengumpulkan kecuali Drian.
“Drian, mana buku prmu?” tanya ustadzah Tina.
“Ma..maaf.. bu.. sa..saya.. ti..tidak.. me…mengerjakan!” kata Drian pelan.
“Sekarang, kamu berdiri di luar kelas sampai pelajaran ustadzah selesai!” suruh ustadzah Tina tegas.
“Ba.. baik bu!” kata Drian sambil berjalan.
Ustadzah Tina pun menjelaskan dengan nada tegas.
Waktu berlalu dengan cepat. sekarang, pelajaran telah usai. Semua murid sudah pulang. Kecuali Natan dan sahabatnya. Saat akan bermain, Natan melihat ada mobil melaju kencang ke arah Drian.
Natan pun berlari sambil berteriak. “Drian, awas!” teriak Natan sambil mendorong tubuh Drian.
Braaaakkkkk. Natan terhempas. Segera Drian dan sahabat Natan membawa Natan ke rumah sakit terdekat. Sesampainya di rumah sakit, Natan langsung ditangani.
“Drian, kamu lihat sendiri kan, orang yang selalu kamu bully, dialah yang menyelamatkanmu dari maut” kata Abril sambil menangis.
“Emang kamu nggak sadar apa? Natan tu sayang banget sama kamu daripada nyawanya. Emang kamu belum bisa lihat kebaikan hati Natan.” kata Auren sambil menangis
“Teman teman, maafkan aku ya” kata Drian sambil menangis.
“Ok. Kita maafin.” kata mereka serempak.
“Adik adik, dik Natan sudah sadar, kalian bisa menjenguknya”.
Mereka pun menjenguknya.
“Natan, maafkan aku ya, selama ini, aku selalu ngebully kamu!” kata Drian.
“Iya, aku maafin kok” kata Natan.
Sejak itu, mereka adalah sahabat sejati.
SELESAI
Tidak ada komentar