Misteri yang Belum Terpecahkan (Part 1)
Misteri yang Belum Terpecahkan (Part 1)
Cerpen Karangan: M Yusuf Abul Mahasin
Kategori: Cerpen Horor (Hantu)
Lolos moderasi pada: 1 December 2018
Pada saat itu, Firman mengajakku pergi ke sebuah tempat yang katanya sangat ramai dikunjungi oleh banyak orang. Aku pun menyanggupi keinginannya tersebut. Sebelum berangkat, kami berkumpul dahulu di rumahku.
“Eh, sebenarnya kita mau pergi ke mana sih?” tanyaku dengan keheranan.
“Udah ikut aja, pasti seneng kamu nantinya!” jawabnya dengan nada menyakinkan.
“Ya udahlah, tapi nggak berbahaya kan?” tanyaku.
“Nggak-nggak. Tenang aja, di sana juga banyak orang kok. Kamu udah nyiapin perlengkapan yang aku suruh kan?” balasnya. “Udah!” lanjutku.
Setelah semuanya sudah siap, kami berdua langsung berangkat menggunakan sepeda motor. Di perjalanan aku terus bertanya-tanya keheranan sendiri. “Emang dia mau ngajak ke mana sebenarnya sih? Kok pikiranku jadi ndak enak gini ya?”. Ketika sedang melamun memikirkan jawabannya, tiba-tiba.
“Ciiittt… krossakk…” tiba-tiba kami terjatuh dari motor. Karena pada saat itu, keadaan jalannya licin dan sedikit berkabut. Kami pun langsung membangunkan motornya dan melanjutkan perjalanan
“Man, kenapa kamu tiba-tiba nge-rem gitu?” tanyaku dengan penasaran.
“Itu tadi ada nenek-nenek nyeberang. Untung tadi ndak ketabrak!” jawabnya dengan nafas yang tersengal-sengal.
“Haa! Nenek-nenek? Dari tadi aku merhatiin jalan ndak ada yang nyeberang kok?” jawabku dengan sedikit rasa cemas.
“Iya tadi ada yakin. Mungkin kamu ketutupan kabut kali matanya” jawabnya sambil tertawa.
“Heleh… mendingan kita balik pulang aja” pintaku kepada Firman agar mau balik pulang.
“Nggak ah, udah terlanjur sampai jauh kok bentar lagi juga sampai” jawabnya dan aku hanya mendengarkan. Tetapi dalam hatiku, aku sangat cemas dan bertanya-tanya sendiri “Kenapa tadi kami tiba-tiba jatuh karena hanya untuk menghindari nenek-nenek yang sedang nyeberang? Padahal jalanannya sepi?”.
Tidak terasa kami sampai di sebuah tempat yang cukup asri, sejuk, dan sangat nyaman digunakan untuk camping. Di depan pintu masuk tertulis ‘SELAMAT DATANG DI DESA NGANJUNG’. Aku pun kembali bertanya-tanya “Desa apa ini? Kenapa aku baru pertama kali melihat dan mengetahuinya?”.
Sesampainya di sana, keadaan desa tersebut ramai. Banyak orang berlalu-lalang, tetapi mereka semua tidak saling-pandang satu sama lain dan anehnya wajah mereka kaku seperti orang mati. Setelah cukup lama memasuki desa, akhirnya kami sampai di tempat yang banyak orang berkumpul untuk camping.
Kami pun bergabung dengan mereka semua, tetapi hal aneh kembali terjadi. Semua yang ikut acara camping tersebut memiliki wajah yang sama seperti orang desa yang aku lihat tadi.
“Eh, Joe. Jangan ngelamun aja, cepetan kita buat tendanya sebelum matahari terbenam!” perintah Firman sambil menepuk pundakku.
“Ohhh, iya-iya” aku sedikit kaget dengan tepukan di pundakku tadi.
“Ohhh, iya-iya” aku sedikit kaget dengan tepukan di pundakku tadi.
Setelah semuanya selesai, kami segera mencari kayu bakar dan membuat api unggun. Seperti orang lain, kami semua beraktivitas layaknya tanpa ada rasa yang aneh. Aku pun masih tetap bingung dengan kejadian ini, mengapa hanya aku yang merasa aneh dan Firman tetap baik-baik saja tanpa menyadari hal di sekitarnya.
Tidak ada komentar