Breaking News

Malaikat Pelindung

Malaikat Pelindung



“Kriiingg…” suara bel itu menandakan bahwa pelajaran sudah selesai dan waktu istirahat sudah dimulai. Tiba tiba ketua kelas menghampiriku, “bil apa pr biologimu sudah selesai? Bu Rina menyuruhku untuk segera mengumpulkannya karena nilainya akan segera disetorkan”, aku langsung menyodorkan buku itu dan langsung pergi tanpa menjawabnya.
Saat sedang berjalan di koridor sekolah, tiba tiba ada seseorang yang menabrakku sampai aku terjatuh, yaa aku yang salah karena aku sedikit melamun. Saat dia ingin membantuku berdiri aku langsung menepis tangannya karena aku tidak suka disentuh. Saat kulihat ternyata dia Rendy, dia adalah pria yang sangat populer dan disukai banyak wanita di sekolah, tapi berbeda denganku, aku sama sekali tidak tertarik padanya. Kuakui selain pintar dia juga tampan, tapi tetap saja menurutku semua pria itu sama saja.
“Maaf, maaf tadi aku menabrakmu, aku tidak sengaja” dia meminta maaf padaku, tetapi aku hanya 
melihatnya sebentar lalu pergi meninggalkannya tanpa berkata apapun.

Saat pulang sekolah, seperti biasa aku selalu menunggu mobil jemputan yang sering mengantar jemputku ke sekolah. Namanya pak Budi, dia adalah supir pribadiku tetapi aku sudah menganggapnya seperti ayahku sendiri. Tapi ini sudah jam 3 lebih, kenapa belum datang juga. Saat aku akan menelepon pak Budi, tiba tiba ada seseorang dengan motor ninja merahnya berhenti tepat di depanku. Lalu dia membuka helmnya dan ternyata itu Rendi, pria yang menabraku tadi..

“Hei, kamu sedang menunggu siapa?” dia mulai menyapaku tapi aku tidak menjawabnya.
“Kenapa diam saja? Ayo cepat naik, aku akan mengantarmu pulang sebagai permintaan maaf atas kejadian yang tadi”. Lagi lagi aku tak menjawab.
“Tit.. tiitt..” suara klakson mobil itu mengagetkanku. Oh ternyata itu pak Budi, aku sangat beruntung karena pak Budi datang disaat yang tepat. Entah apa yang pria itu pikirkan tentangku, aku tidak peduli.

Setibanya di rumah, aku langsung menuju kamarku dan duduk diam di pinggir tempat tidur. Tiba tiba

ponselku berdering, aku langsung mengangkatnya tanpa melihat siapa yang menelepon.
“Ya halo?” aku menyapanya duluan.
“Bil? Halo sayang, ini ibu nak” aku sedikit kaget karena yang menelepon adalah ibuku.
“Uang bulananmu sudah ibu transfer tadi. Apa saat ini kamu sedang membutuhkan sesuatu? Ayo bilang saja pada ibu, ibu akan membelikannya”. Aku langsung menutup telepon tanpa menjawabnya. Lagi lagi dia hanya membicarakan soal uang, dia tidak pernah menanyakan bagaimana kabarku, apa aku sudah makan atau belum, dia pikir aku akan bahagia hanya dengan uang? Hah aku tidak paham dengannya.

 Aku menjatuhkan badanku ke belakang untuk berbaring sebentar, entah kenapa hari ini rasanya sangat lelah. Tiba tiba ingatan itu muncul, ingatan tentang peristiwa yang merubah hidupku, yang akan selalu membekas dalam batinku.

Sekitar 10 tahun yang lalu, saat aku berumur 7 tahun, aku terlalu bodoh untuk mengerti apa yang namanya pertengkaran dalam keluarga. Aku melihat sepasang suami istri yang sedang beradu mulut karena suatu hal yang aku tidak tahu. Awalnya aku hanya kaget, tetapi pada saat melihat pria itu mulai memukul istrinya, aku menjadi sangat takut. Dia memukuli istrinya sampai berdarah, bahkan hampir pingsan. Tiba tiba pria itu langsung pergi setelah mendapat telepon yang entah dari siapa. Dia meninggalkan istrinya yang terbaring sekarat. Aku langsung berlari menghampiri wanita itu. “Ibuuuu, ibuu kenapa? Kenapa ayah memukuli ibuu? Ibu bangun, jangan tinggalin bila ibuu. Bila akan menelepon paman sekarang, bila gak mau ibu kenapa napa”.

 Ya itu adalah ibuku, dan yang memukulinya itu adalah ayahku, bahkan aku tidak tahu apa dia masih pantas disebut ayah atau tidak, karena sejak kejadian itu aku belum pernah lagi bertemu dengannya. Akhirnya pada saat ibu sudah sembuh, ibu memilih menikah lagi dengan seorang pengusaha kaya, dia pindah dan menetap di luar kota, tapi aku menolak untuk ikut bersamanya dan suami barunya. Lalu dia mengirimkan bi Sumi dan pak Budi untuk mengurusku, aku sudah menganggap mereka seperti orangtuaku sendiri, karena mereka yang mengurusku dari sejak ibuku pindah sampai sekarang. Sejak kejadian itu, aku tumbuh menjadi anak yang pendiam, aku sangat membenci pria dan aku sama sekali tidak suka disentuh. Tapi sudahlah, semuanya sudah terjadi, itu hanya masa lalu, masa laluku yang hanya kusimpan sendiri sampai sekarang.

 Keesokannya harinya, saat aku berjalan menuju kantin, aku merasa seperti ada orang yang mengikutiku, tapi aku tidak terlalu menghiraukannya. Aku sangat terkejut karena tiba tiba di hadapanku sudah berdiri seorang pria. Haahh Rendy lagi, kenapa dia selalu menggangguku akhir akhir ini? Lalu iba tiba dia memegang tanganku, sontak saja aku langsung memukul perutnya hingga dia terjatuh kesakitan. Aku pernah belajar ilmu bela diri, karena aku tidak suka perempuan disakiti. Saat aku akan pergi, dia memegang tanganku lagi dan langsung memeluku. Aku dibuat terperangah olehnya. “Sudahlah, aku tidak akan menyakitimu, percayalah padaku” dia berbisik dan entah kenapa suaranya sangat lembut. Tunggu, kenapa aku merasa nyaman? Aah aku pasti salah, tapi ini benar benar nyaman, ini membuatku tenang. Tanpa sadar aku memejamkan mataku, aku mulai membalas pelukannya.
“Kriiinggg….” suara bel itu mengagetkanku. Dia langsung melepas pelukannya dan tersenyum padaku, aku hanya menatapnya sebentar dan segera pergi meninggalkannya.

 Saat pulang sekolah, lagi lagi pak Budi telat menjemput. Dan aku tidak tahu sejak kapan Rendy dan motornya sudah ada di depanku. “Aku akan mengantarmu pulang, ayo cepat naik”. Seperti terhipnotis, aku langsung naik saja dan duduk di jok belakang motornya. Rasanya sangat aneh, kenapa aku bisa luluh olehnya. Dia mulai menjalankan motornya dengan kecepatan normal. Tapi tunggu, ini bukan jalan ke rumahku. Hahh kenapa aku bisa lupa, dia kan tidak tau arah ke rumahku.
“Emm re.. renn, ini bukan jal..” tiba tiba dia memotong kalimatku “yaa aku tau”. Aku tidak tahu apa yang dia pikirkan.
“Sudah sampai, ayo turun, tapi sebelumnya kamu harus memakai ini”. Sebenarnya apa yang dia rencanakan? Dia memakaikan kain untuk menutup mataku?
“A..apaa ini?”
Aku mulai takut olehnya, dia menuntunku dengan sangat hati hati.
“Sekarang bukalah matamu” saat aku membuka mata tiba tiba mengalun sebuah lagu yang dinyanyikan oleh sebuah band di atas panggung..

telah habis sudah
cinta ini
tak lagi tersisa
tuk dunia
karena telah kuhabiskan
sisa cintaku hanya untukmu

 Aku tidak tau ternyata di sini ada banyak sekali orang. Tapi tiba tiba..
“Sabila, aku tahu kamu tidak pernah tertarik dengan apa yang namanya cinta. Tapi apalah dayaku, aku sangat mencintaimu, aku sangat menyayangimu. Kamu berbeda dari yang lain, aku dapat merasakan bagaimana tulusnya hatimu, itulah yang membuatku tertarik padamu. Aku sudah sering mencari tahu tentang dirimu dari orang orang yang dekat denganmu, aku mulai menyukai semua hal yang berhubungan denganmu. Sekarang katakanlah, apa kamu mau menerima perasaanku? Apa kamu bersedia menjadi teman hidupku?”

 Aku tidak tahu apa yang dia pikirkan, kenapa tiba tiba dia melakukan semua ini. Ya aku tahu, aku sama sekali tidak mengenalinya. Tapi kenapa, rasanya bibir ini berat untuk berkata ‘tidak’. Tuhan, apakah bahagiaku ada pada pria ini? Malaikat yang Engkau kirimkan untukku, apakah benar dia?

 “Baiklah, aku bersedia” jawabku dengan pelan.
“Apa? Aku tidak mendengarnya” yaa aku tau dia sengaja, tapi sudahlah.
“Aku bersediiaa” jawabku setengah berteriak. Lengkungan dibibirku mulai muncul, entah kapan terakhir kalinya aku tersenyum, rasanya hari ini aku seperti kembali hidup.

Senyum Rendy mulai mengembang, dia langsung memeluku diiringi dengan suara riuh tepuk tangan dari banyak orang. Terima kasih Tuhan, terima kasih telah mengirimkan malaikat ini, aku sangat bahagia karenanya. Aku memeluk Rendy dengan sangat erat. Tiba tiba lagu itu mulai mengalun lagi…

kutuliskan kenangan tentang
caraku menemukan dirimu
tentang apa
yang membuatku mudah
berikan hatiku padamu
takan habis sejuta lagu
untuk menceritakan cantikmu
kan teramat panjang puisi
tuk menyuratkan cinta ini
Telah habis sudah
cinta ini
tak lagi tesisa
untuk dunia
karena telah ku habiskan
sisa cintaku hanya untukmu

TAMAT 

 

Tidak ada komentar