Kena Infeksi Parah, Kaki Seorang Bayi Putus Sendiri
Jakarta - Abigail Wardle, seorang ibu yang berusia 23 tahun harus menghadapi peristiwa menyeramkan saat kaki putranya putus sendiri. Kaki Oliver Aisthorpe melakukan self-amputating saat bayi 11 bulan tersebut berada dalam perawatan akibat sepsis.
"Hari itu, seorang suster menolong saya memindahkan Oliver dari kursi kembali ke tempat tidur. Saat itu, kakinya putus begitu saja dengan bagian lain terlihat menggantung. Dokter sempat menyarankan saya untuk keluar, namun saya tak ingin meninggalkan Oliver sendiri," kata Wardle dikutip dari Mirror.
Wardle mengatakan, insiden yang menimpa Oliver berawal dari infeksi tenggorokan. Oliver kemudian dibawa ke dokter umum yang praktik 24 jam. Namun saat itu, Wardle dibolehkan pulang dan memastikan kecukupan cairan pada Oliver.
Namun dalam waktu kurang dari 48 jam, kondisi Oliver makin buruk. Menurut Wardle, seluruh tulang di tubuh puteranya sakit. Oliver tidak mau dipeluk dan merintih seperti tak punya tenaga untuk menangis. Saat itu Wardle kembali membawa Oliver ke dokter 24 jam.
Berbeda dengan kedatangan pertama, Oliver langsung ditangani dokter dan suster. Menurut Wardle, saat itu Oliver langsung mendapat suntikan anastesi, infus obat, dan cairan. Wardle masih tidak mengerti yang terjadi pada puteranya, hingga dokter mengatakan Oliver mungkin tak bisa selamat.
Hal serupa dikatakan suster yang menangani Oliver, jika puteranya kembali kritis. Berlawanan dengan perkiraan dokter dan suster, Oliver berhasil selamat. Namun serangan sepsis terlanjur menyebar ke seluruh tubuh Oliver. Akibatnya ujung-ujung tubuh Oliver terlihat menghitam.
"Saat itu saya katakan ke dokter supaya jangan menunda amputasi. Saya pasrah jika memang prosedur itu yang harus dilakukan. Namun dokter menunda karena ingin menyelamatkan lebih banyak bagian tubuh Oliver. Padahal saya bisa melihat areal tersebut menghitam dan terasa makin berat," kata Wardle.
Akhirnya Oliver harus kehilangan kedua ujung kaki dan tangannya, hingga sisanya terlihat seperti ekor yang sangat pendek. Kendati begitu Wardle bersyukur karena puteranya berhasil selamat. Oliver telah kembali menjadi anak yang bahagia, penuh senyum, dan belajar bergerak dengan organ yang ada pada tubuhnya.
"Kami harus bisa mengambil pelajaran atas apa yang terjadi dan melanjutkan hidup. Saya harus tetap menghadapi hari dengan sikap positif, karena kesempatan yang lebih baik akan datang. Sikap yang baik akan menjadi contoh untuk Oliver dan saya harap keluarga lain tak perlu mengalami hal serupa," ujar Wardle.
Pimpinan UK Sepsis Trust Dr Ron Daniels mengatakan, kasus Oliver mengingatkan sepsis bisa menyerang siapa saja. Pada kasus Oliver, tubuhnya mengalami auto amputasi karena minimnya suplai darah hingga jaringan di bagian tersebut mati. Dengan jalan ini, tubuh tidak mengalami infeksi lain atau mengelurkan racun yang bisa berdampak lebih fatal. Amputasi mungkin menjadi hal penting pada pasien sepsis berusia muda.
"Peluang hidup pasien sepsis makin baik seiring waktu, dengan 80 persen kasus berhasil bertahan hidup. Kasus seperti Oliver tak perlu terjadi bila ada kesadaran yang lebih baik dari masyarakat dan tenaga kesehatan. Pasien cukup tanya kemungkinan sepsis bila merasa ada kondisi yang lebih aneh, bukan lagi flu atau sakit tenggorokan biasa," kata Dr Daniels.
Sepsis bisa menyerang siapa saja dengan konsekuensi yang sangat buruk. Namun sepsis sangat sulit dideteksi, kecuali ada kewaspadaan dari tenaga kesehatan dan pasien pada kasus hilang kesadaran tanpa sebab jelas. Sepsis awalnya terlihat seperti flu atai infeksi di bagian dada, namun menjadi serius dalam waktu singkat. Lingkungan wajib waspada sepsis jika pasien kesulitan menjaga kesadaran, terasa sangat dingin, napas cepat, kulit kemerahan yang tak hilang saat ditekan, kejang, serta terlihat dan terlihat kebiruan.
Tidak ada komentar